assalamualaikum. wr. wb ^_^

Selamat datang kembali diblog saya... kritik dan saran anda sangat saya butuhkan untuk memperbaiki blog ini. terima kasih

Jumat, 04 Mei 2012

psikologi

DEFINISI PSIKOLOG MENURUT BEBERAPA AHLI Oleh: Risma Suryani A. DEFINISI PSIKOLOG MENURUT BEBERAPA AHLI 1. Dr. Singgih Dirgagunarsa Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia. 2. Plato dan Aristoteles Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang hakikat jiwa serta prosesnya sampai akhir. 3. John Broadus Watson Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku tampak ( lahiriah ) dengan menggunakan metode observasi yang objektif terhadap rangsangan dan jawaban ( respon ). 4. Wilhelm Wundt Psikologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari pengalaman-pengalaman yang timbul dalam diri manusia seperti perasaan panca indra, pikiran, merasa ( feeling ) dan kehendak. 5. Woodworth dan Marquis Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari aktivitas individu sejak dari dalam kandungan sampai meninggal dunia dalam hubungannya dengan alam sekitar. 6. Knight and Knight Psikologi adalah ilmu yang mempelajari secara sistematis tentang pengalaman dan tingkah laku manusia dan hewan, normal dan abnormal, individu atau social. 7. Hilgert Psikologi adalah mempelajari tingkah laku manusia dan hewan lainnya. 8. Clifford T Morgan Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan hewan. 9. Garden Murphy Psikologi adalah Ilmu yang mempelajari respon yang diberikan oleh mahluk hidup terhadap lingkungannya. 10. Rene Descartes Psikologi adalah ilmu tentang kesadaran. 11. George Berkeley Psikologi adalah ilmu tentang penginderaan (persepsi). B. SEJARAH PERKEMBANGAN PSIKOLOG Sebelum tahun 1879, jiwa dipelajari oleh para ahli filsafat dan para ahli ilmu fasal ( phisiologi ), sehingga psikologi dianggap sebagai bagian dari kedua ilmu tersebut. Para ahli ilmu filsafat kuno seperti Plato (427-347 SM), Aristoteles (384-322 SM) dan Socrates (469-399 SM) telah memikirkan hakikat jiwa dan gejala-gejalanya. Filsafat sebagai induk ilmu pengetahuan adalah ilmu yang mencari hakikat sesuatu dengan menciptakan pertanyaan dan jawaban serta terus menerus sehingga mencapai pengertian yang hakiki tentang sesuatu. Psikologi benar-benar masih merupakan bagian dari filsafat dalam arti semurni-murninya. Pada abad pertengahan, psikologi masih merupakan bagian dari filsafat sehingga objeknya tetap hakikat jiwa dan metodenya masih menggunakan argumentsi logika. Tokoh-tokohnya antara lain : Rene Descartes (1596-1650) yang terkenal dengan teori tentang kesadaran, Gottfried Wilhelm Leibniz (1646-1716) yang mengutarakan teori kesejahteraan psikofhisik (psyehophysical parallelism), John Locke (1623-1704) dengan teori tabula rasa mengemukakan, bahwa jiwa anak yang baru lahir masih bersih seperti papan lilin atau kertas putih yang belum ditulisi. Pada masa sebelumnya masalah kejiwaan dibahas pula oleh para ulama islam seperti Imam Al-Gazali (wafat 505 H), Imam fachrudin Ar-Raazi (wafat 606 H), Al Junaid Bagdadi (wafat 298 H), Al’Asyari (wafat 324 H). pembahasan masalah psikologi merupakan bagian dari ilmu usuluddin dan ilmu tasawwuf. Dalam abad ke 17 sampai abad 19, psikologi dipengaruhi oleh ilmu alam. Mereka menyelidiki dan menguraikan proses dan pernyataan psikis menurut ketentuan dan hokum alam yaitu hokum sebab akibat ( kasual ). Gejala psikis adalah akibat perangsangan dari luar serta perubahan otak dan syaraf. Kemudian pada tahun 1832-1920 datanglah Wundt yang berpendapat bahwa aku atau pribadi manusia adalah aktif, dapat mempengaruhi proses pernyataan jiwa serta member corak kepadanya. Kalau paham asosiasi menyatakan bahwa totalitet sama saja dengan jumlah unsur yang lepas, maka paham appersepsi menyatakan bahwa kompleks dan proses psikis adalah suatu totalitet yang lebih dari pada jumlah kumpulan unsur belaka. Wundt disebut pelopor psikologi modern. Seperti psikologi gestalt, psikologi struktur dan sebagainya, paham dan eksperimennya sangat bermanfaat bagi perkembangan ilmu seterusnya, yaitu sejak tahun 1900 sampai sekarang. Psikologi adalah ilmu yang masih muda, ia terpisah menjadi ilmu yang berdiri sendiri sejak 1879 pada waktu didirikannya laboratorium psikologi yang pertama oleh Wilhelm Wundt (1832-1920) di Leipzig Jerman. Sejak zaman Yunani kuno, gejala-gejala psikologis banyak menarik perhatianpara sarjana. Ahli-ahli filsafat diantaranya Plato dan Aristoteles banyak sekali mengemukakan pikiran-pikiran mengenai gejala-gejala psikologis. Kemudian Descartes (1496-1650) dating dengan semboyan Cogito Ergo Sun (saya berpikir maka saya ada) dan sejak iru timbul aliran mementingkan kesadaran dalam psikologi. Setelah itu berbagai ilmu lainnya member pengaruhnya terhadap pertumbuhan psikologi, antara lain biologi, ilmu alam dan ilmu kimia. Sehingga lahirnya psikologi sebagai ilmu yang berdiri sendiri. C. TUJUAN MEMPELAJARI PSIKOLOG 1) Untuk memperoleh pemahaman tentang gejala-gejala jiwa dan pengertian yang lebih sempurna tentang tingkah laku sesame manusia pada umumnya dan anak-anak pada khususnya. 2) Untuk mengetahui perbuatan-perbuatan jiwa serta kemampuan jiwa sebagai saranauntuk mengenal tingkah laku manusia atau anak. 3) Untuk mengetahui penyelenggaraan pendidikan dengan baik. 1.intelegensi Beranda » Ilmu Psikologi, Tokoh dan Teori Psikologi » Faktor yang Mempengaruhi Intelegensi Faktor yang Mempengaruhi Intelegensi Muhammad Baitul Alim • Ahad, 31 Jan 2010 • 07:52 WIB Hingga sekarang sudah banyak beberapa kajian dalam hal intelegensi atau tingkat IQ seseorang. Menurut Kohstan, intelegensi dapat dikembangkan, namun hanya sebatas segi kualitasnya, yaitu pengembangan akan terjadi sampai pola pada batas kemampuan saja, terbatas pada segi peningkatan mutu intelegensi, dan cara cara berpikir secara metodis. Intelegensi orang satu dengan yang lain cenderng berbeda-beda. Hal ini karena beberapa faktor yang mempengaruhinya. Adapun faktor yang mempengaruhi intelegensi antara lain sebagai berikut: Faktor Bawaan Dimana faktor ini ditentukan oleh sifat yang dibawa sejak lahir. Batas kesanggupan atau kecakapan seseorang dalam memecahkan masalah, antara lain ditentukan oleh faktor bawaan. Oleh karena itu, di dalam satu kelas dapat dijumpai anak yang bodoh, agak pintar. Dan pintar sekali, meskipun mereka menerima pelajaran dan pelatihan yang sama. Faktor Minat dan Pembawaan yang Khas Dimana minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan atau motif yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar,sehingga apa yang diminati oleh manusia dapat memberikan dorongan untuk berbuat lebih giat dan lebih baik. Faktor Pembentukan Dimana pembentukan adalah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan intelegensi. Di sini dapat dibedakan antara pembentukan yang direncanakan, seperti dilakukan di sekolah atau pembentukan yang tidak direncanakan, misalnya pengaruh alam sekitarnya. Faktor Kematangan Dimana tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Setiap organ manusia baik fisik mauapun psikis, dapat dikatakan telah matang, jika ia telah tumbuh atau berkembang hingga mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing. Oleh karena itu, tidak diherankan bila anak anak belum mampu mengerjakan atau memecahkan soal soal matematika di kelas empat sekolah dasar, karena soal soal itu masih terlampau sukar bagi anak. Organ tubuhnya dan fungsi jiwanya masih belum matang untuk menyelesaikan soal tersebut dan kematangan berhubungan erat dengan faktor umur. Faktor Kebebasan Hal ini berarti manusia dapat memilih metode tertentu dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Di samping kebebasan memilih metode, juga bebas dalam memilih masalah yang sesuai dengan kebutuhannya. Kelima faktor diatas saling mempengaruhi dan saling terkait satu dengan yang lainnya. Jadi, untuk menentukan kecerdasan seseorang, tidak dapat hanya berpedoman atau berpatokan kepada salah satu faktor saja. 2. berfikir Berfikir merupakan ciri utama bagi manusia. Berfikir disebut juga sebagai proses bekerjanya akal. Secara garis besar berfikir dapat dibedakan antara berfikir alamiah dan berfikir ilmiah. Berfikir alamiah adalah pola penalaran yang berdasarkan kehidupan sehari-hari dari pengaruh alam sekelilingnya. Berfikir ilmiah adalah pola penalaran berdasarkan sarana tertentu secara teratur dan cermat.

FILSAFAT YUNANI KUNO

• Filsafat Yunani Kuno Atau Filsafat Alam Para filosof Yunani paling awalnya kadang-kadang disebut filosof alam. Sebab, mereka hanya menaruh perhatian pada alam dan proses-prosesnya.  Thales(625-545 SM) Thales Berasal dari Miletus, sebuah koloni Yunani di Asia Kecil. Dia berkelana ke banyak negeri termasuk Mesir dimana dia dikatakan pernah menghitung tinggi sebuah piramid dengan mengukur bayangannya pada saat yang tepat ketika panjang bayangan sendiri sama dengan tinggi badannya. Dia juga dikisahkan pernah meramalkan secara tepat terjadinya gerhana matahari pada 585 SM. Thales beranggapan bahwa “sumber dari segala sesuatu adalah air dan seluruh kehidupan kembali ke air lagi ketika sudah berakhir”.  Anaximander Berasal juga dari Miletus pada masa yang kira-kira sama dengan masa Thales. Dia beranggapan bahwa “dunia kita hanyalah salah satu dari banyak sekali dunia yang muncul dan sirna di dalam sesuatu yang disebutnya sebagai yang tak terbatas.” Tidak begitu mudah untuk menjelaskan apa yang dimaksudkannya dengan yang tak terbatas, tapi tampaknya jelas bahwa dia tidak sedang memikirkan suatu zat yang dikenal dengan cara seperti yang dibayangkan Thales. Barangkali yang dimaksudkannya adalah bahwa zat yang merupakan sumber segala benda pastilah sesuatu yang berbeda dari benda-benda yang diciptakannya. Karena semua benda ciptaan itu terbatas, maka sesuatu yang muncul sebelum dan sesudah benda-benda tersebut pastilah “tak terbatas.” Jelas bahwa zat dasar itu tidak mungkin sesuatu yang sangat biasa seperti air.  Anaximenes Filosof ketiga dari Melitus ini beranggapan bahwa “Sumber segala sesuatu pastilah udara atau uap.” Anaximes tentu saja mengenal teori Thales menyangkut air. Tapi dari mana asalnya air? Anaximenes beranggapan air adalah udara yang di padatkan. Kita mengetahui bahwa air adalah udara yang dipadatkan. Kita mengetahui bahwa ketika hujan turun, air diperas dari udara yang dipadatkan. Jika air diperas lebih keras lagi, ia menjadi tanah, pikirnya. Dia mungkin pernah melihat bagaimana tanah dan pasir terperas keluar dari es yang meleleh. Dia juga beranggapan bahwa api adalah udara dijernihkan. Menurut Anaximenes, udara karenanya adalah asal-usul tanah, air dan api. Tidak jauh berbeda jika dikatakan air adalah hasil dari tanah. Barangkali Anaximenes mengira bahwa tanah, udara, dan api semuanya dibutuhkan untuk menciptakan kehidupan, tapi sumber dari segala sesuatu adalah udara atau uap. Maka seperti Thales, dia beranggapan bahwa pasti ada suatu zat dasar yang merupakan sumber dari seluruh perubahan alam. Ketiga filosof Miletus ini semuanya percaya pada keberadaan satu zat dasar sebagai sumber dari segala hal. Namun bagaimana mungkin satu zat dapat dengan tiba-tiba berubah menjadi sesuatu yang lain? Kita dapat menyebut ini masalah perubahan. Sejak sekitar 500 SM, ada sekelompok filosof di koloni Yunani Elea di Italia Selatan. “Orang-orang Elea” ini tertarik pada masalah ini. Yang paling penting diantara para filosof ini adalah Parmenides (kira-kira 540-480 SM). Parmenides beranggapan bahwa segala sesuatu yang ada pasti telah selalu ada. Gagasan ini tidak asing bagi orang-orang Yunani. Mereka menganggap sudah selayaknya bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini abadi. Tidak ada sesuatu yang muncul dari ketiadaan, pikir Parmenides. Dan tidak ada sesuatu pun yang ada dapat menjadi tiada.  Heraclitus(540-480SM) Berasal dari Ephesus di Asia kecil. Dia beranggapan bahwa perubahan terus-menerus, atau aliran, sesungguhnya merupakan ciri alam yang paling mendasar. “Segala sesuatu terus mengalir,” kata Heraclitus. Segala sesuatu mengalami perubahan terus menerus dan selalu bergerak, tidak ada yang menetap. Karena itu kita “tidak dapat melangkah dua kali ke dalam sungai yang sama.” Kalau kita melangkah ke dalam sungai untuk kedua kalinya, maka kita atau sungainya sudah berubah.  Empedocles (490-430 SM) Berasal dari Sicilia. Adalah dia yang memberi jalan keluar diantara perselisihan beda pendapat Parmenides dan Heraclitus. Empedocles mendapati bahwa penyebab dari pertentangan mereka adalah bahwa kedua filosof itu sama-sama mengemukakan adanya hanya satu unsur. Jika ini benar, kesenjangan antara apa yang dikemukakan akal dan apa “yang dapat kita lihat dengan mata kita sendiri” tidak akan dapat disatukan. Namun pada saat yang sama Empedocles setuju dengan Hereclitus bahwa kita harus mempercayai bukti dari indra-indra kita. Kita harus mempercayai apa yang kita lihat, dan apa yang kita lihat itu adalah bahwa alam berubah. Empedocles yakin bahwa setelah dipertimbangkan, alam itu terdiri atas empat unsur, atau “akar” sebagaimana dia mengistilahkan. Keempat akar ini adalah tanah, udara, api, air.  Democritos (460-370 SM) Berasal dari kota kecil di Abdera. Dia merupakan pencetus teori atom, Democritus setuju dengan para pendahulunya bahwa perubahan-perubahan alam tak mungkin disebabkan karena kenyataan bahwa segala sesuatu sungguh-sungguh “berubah.” Karena itu dia beranggapan bahwa segala sesuatu dibuat dari balok-balok tak terlihat yang sangat kecil, yang masing-masing kekal dan abadi. Kata atom berarti “tak dapat dipotong.” Bagi Democritus adalah sangat penting untuk menekankan bahwa bagian-bagian pokok yang membentuk segala sesuatu tidak mungkin dibagi secara tak terhingga menjadi bagian-bagian yang lebih kecil lagi. Jika ini mungkin mereka tidak bisa digunakan sebagai balok-balok pembentuk. Democritus percaya bahwa alam terdiri atas atom-atom yang jumlahnya tak terhingga dan beraneka ragam. Sebagian bulat dan mulus, yang lain tak beraturan dan tak bergigi. Dan justru karena saling berbeda mereka dapat menyatu menjadi berbagai bentuk yang berlainan. Namun meskipun jumlah dan bentuk mereka mungkin tak terbatas, mereka semua kekal, abadi, dan tak terbagi.