assalamualaikum. wr. wb ^_^

Selamat datang kembali diblog saya... kritik dan saran anda sangat saya butuhkan untuk memperbaiki blog ini. terima kasih

Jumat, 04 Mei 2012

FILSAFAT YUNANI KUNO

• Filsafat Yunani Kuno Atau Filsafat Alam Para filosof Yunani paling awalnya kadang-kadang disebut filosof alam. Sebab, mereka hanya menaruh perhatian pada alam dan proses-prosesnya.  Thales(625-545 SM) Thales Berasal dari Miletus, sebuah koloni Yunani di Asia Kecil. Dia berkelana ke banyak negeri termasuk Mesir dimana dia dikatakan pernah menghitung tinggi sebuah piramid dengan mengukur bayangannya pada saat yang tepat ketika panjang bayangan sendiri sama dengan tinggi badannya. Dia juga dikisahkan pernah meramalkan secara tepat terjadinya gerhana matahari pada 585 SM. Thales beranggapan bahwa “sumber dari segala sesuatu adalah air dan seluruh kehidupan kembali ke air lagi ketika sudah berakhir”.  Anaximander Berasal juga dari Miletus pada masa yang kira-kira sama dengan masa Thales. Dia beranggapan bahwa “dunia kita hanyalah salah satu dari banyak sekali dunia yang muncul dan sirna di dalam sesuatu yang disebutnya sebagai yang tak terbatas.” Tidak begitu mudah untuk menjelaskan apa yang dimaksudkannya dengan yang tak terbatas, tapi tampaknya jelas bahwa dia tidak sedang memikirkan suatu zat yang dikenal dengan cara seperti yang dibayangkan Thales. Barangkali yang dimaksudkannya adalah bahwa zat yang merupakan sumber segala benda pastilah sesuatu yang berbeda dari benda-benda yang diciptakannya. Karena semua benda ciptaan itu terbatas, maka sesuatu yang muncul sebelum dan sesudah benda-benda tersebut pastilah “tak terbatas.” Jelas bahwa zat dasar itu tidak mungkin sesuatu yang sangat biasa seperti air.  Anaximenes Filosof ketiga dari Melitus ini beranggapan bahwa “Sumber segala sesuatu pastilah udara atau uap.” Anaximes tentu saja mengenal teori Thales menyangkut air. Tapi dari mana asalnya air? Anaximenes beranggapan air adalah udara yang di padatkan. Kita mengetahui bahwa air adalah udara yang dipadatkan. Kita mengetahui bahwa ketika hujan turun, air diperas dari udara yang dipadatkan. Jika air diperas lebih keras lagi, ia menjadi tanah, pikirnya. Dia mungkin pernah melihat bagaimana tanah dan pasir terperas keluar dari es yang meleleh. Dia juga beranggapan bahwa api adalah udara dijernihkan. Menurut Anaximenes, udara karenanya adalah asal-usul tanah, air dan api. Tidak jauh berbeda jika dikatakan air adalah hasil dari tanah. Barangkali Anaximenes mengira bahwa tanah, udara, dan api semuanya dibutuhkan untuk menciptakan kehidupan, tapi sumber dari segala sesuatu adalah udara atau uap. Maka seperti Thales, dia beranggapan bahwa pasti ada suatu zat dasar yang merupakan sumber dari seluruh perubahan alam. Ketiga filosof Miletus ini semuanya percaya pada keberadaan satu zat dasar sebagai sumber dari segala hal. Namun bagaimana mungkin satu zat dapat dengan tiba-tiba berubah menjadi sesuatu yang lain? Kita dapat menyebut ini masalah perubahan. Sejak sekitar 500 SM, ada sekelompok filosof di koloni Yunani Elea di Italia Selatan. “Orang-orang Elea” ini tertarik pada masalah ini. Yang paling penting diantara para filosof ini adalah Parmenides (kira-kira 540-480 SM). Parmenides beranggapan bahwa segala sesuatu yang ada pasti telah selalu ada. Gagasan ini tidak asing bagi orang-orang Yunani. Mereka menganggap sudah selayaknya bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini abadi. Tidak ada sesuatu yang muncul dari ketiadaan, pikir Parmenides. Dan tidak ada sesuatu pun yang ada dapat menjadi tiada.  Heraclitus(540-480SM) Berasal dari Ephesus di Asia kecil. Dia beranggapan bahwa perubahan terus-menerus, atau aliran, sesungguhnya merupakan ciri alam yang paling mendasar. “Segala sesuatu terus mengalir,” kata Heraclitus. Segala sesuatu mengalami perubahan terus menerus dan selalu bergerak, tidak ada yang menetap. Karena itu kita “tidak dapat melangkah dua kali ke dalam sungai yang sama.” Kalau kita melangkah ke dalam sungai untuk kedua kalinya, maka kita atau sungainya sudah berubah.  Empedocles (490-430 SM) Berasal dari Sicilia. Adalah dia yang memberi jalan keluar diantara perselisihan beda pendapat Parmenides dan Heraclitus. Empedocles mendapati bahwa penyebab dari pertentangan mereka adalah bahwa kedua filosof itu sama-sama mengemukakan adanya hanya satu unsur. Jika ini benar, kesenjangan antara apa yang dikemukakan akal dan apa “yang dapat kita lihat dengan mata kita sendiri” tidak akan dapat disatukan. Namun pada saat yang sama Empedocles setuju dengan Hereclitus bahwa kita harus mempercayai bukti dari indra-indra kita. Kita harus mempercayai apa yang kita lihat, dan apa yang kita lihat itu adalah bahwa alam berubah. Empedocles yakin bahwa setelah dipertimbangkan, alam itu terdiri atas empat unsur, atau “akar” sebagaimana dia mengistilahkan. Keempat akar ini adalah tanah, udara, api, air.  Democritos (460-370 SM) Berasal dari kota kecil di Abdera. Dia merupakan pencetus teori atom, Democritus setuju dengan para pendahulunya bahwa perubahan-perubahan alam tak mungkin disebabkan karena kenyataan bahwa segala sesuatu sungguh-sungguh “berubah.” Karena itu dia beranggapan bahwa segala sesuatu dibuat dari balok-balok tak terlihat yang sangat kecil, yang masing-masing kekal dan abadi. Kata atom berarti “tak dapat dipotong.” Bagi Democritus adalah sangat penting untuk menekankan bahwa bagian-bagian pokok yang membentuk segala sesuatu tidak mungkin dibagi secara tak terhingga menjadi bagian-bagian yang lebih kecil lagi. Jika ini mungkin mereka tidak bisa digunakan sebagai balok-balok pembentuk. Democritus percaya bahwa alam terdiri atas atom-atom yang jumlahnya tak terhingga dan beraneka ragam. Sebagian bulat dan mulus, yang lain tak beraturan dan tak bergigi. Dan justru karena saling berbeda mereka dapat menyatu menjadi berbagai bentuk yang berlainan. Namun meskipun jumlah dan bentuk mereka mungkin tak terbatas, mereka semua kekal, abadi, dan tak terbagi.

Tidak ada komentar: